Menelusuri Jejak Sunan Kalijaga di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon - Spot Berbagi

Advertisement
Advertisement

Menelusuri Jejak Sunan Kalijaga di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon

Mengenang Kejayaan Keraton Kasepuhan Cirebon Melalui Museum Pusaka

Menapaki Kekayaan Sejarah di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon

Di tengah area bangunan bersejarah, kita memasuki wilayah Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon. Di sini, kita disuguhkan dengan banyak set dan ragam warisan, termasuk dari era Galuh Pajajaran hingga Pajajaran. Di antaranya, kita dapat melihat pusaka dari Pangeran Cakrabuana, yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Terdapat sebilah celurit dan berbagai jenis senjata lainnya.

Keunikan Tradisi Pencucian Senjata Berwaris

Setiap nama senjata tercatat dengan cermat. Selain dipajang di sini, keris ini juga menjalani ritual pencucian setiap tahunnya. Tradisi ini berlangsung pada tanggal 1 Muharram atau 1 Suro. Menariknya, ritual ini memiliki keunikan tersendiri yang menjadi bagian dari tradisi Muludan, sebuah perayaan di Cirebon yang menampilkan berbagai senjata pusaka dan hidangan khas.

Dari Peti Kayu Hingga Replika Lumbung Berbentuk Uang Kuno

Museum ini tidak hanya menyimpan senjata pusaka, tapi juga berbagai peti kayu dan lumbung untuk menyimpan pakaian warisan. Salah satu peti tersebut merupakan warisan dari ibu Sunan Gunung Jati, terbuat dari kayu yang dihiasi mutiara. Di samping itu, terdapat replika lumbung beras yang terbuat dari koin zaman Tiongkok, dengan ukiran yang menggambarkan Kamasutra, kitab suci dari India.

Senjata Inaugurasi dan Cerita di Baliknya

Sebuah pedang inaugurasi menarik perhatian, bukan berasal dari Jawa atau salah satu kesultanan di Indonesia, melainkan hadiah dari seorang jenderal Inggris, General Deandels. Sementara senjata ganda digunakan bukan untuk perang, melainkan berburu meriam, hadiah dari seorang warga Tiongkok. Meskipun sering disalahpahami sebagai peluru, ternyata senjata ini adalah dekorasi semata.

Barongsai Kereta: Ikona Cirebon

Barongsai Kereta, lebih dikenal sebagai Kereta Singa Barong, menjadi ikon kota Cirebon dan Keraton Kasepuhan. Kereta ini, yang dibuat pada tahun 1549 M oleh Pangeran Angkawijaya alias Pangeran Losari, memiliki ciri khas unik. Ditarik bukan oleh kuda, melainkan empat kerbau albino. Kereta ini terbuat dari kayu kelapa, disebut sebagai kayu laba-laba, dan memiliki ukiran yang mencerminkan tiga elemen keagamaan: burung, naga, dan gajah.

Saga Kereta yang Tak Lagi Melaju

Meski begitu canggih pada zamannya, kereta ini tak lagi digunakan sejak tahun 1942. Alasannya dua: kerbau albino Jawa semakin langka dan kereta yang sudah tua rentan rusak jika digunakan. Namun, kini terdapat replika yang digunakan untuk menampilkan upacara di keraton atau festival di Indonesia.

Tradisi dan Larangan di Balik Kereta Barong

Kereta ini hanya boleh dinaiki oleh sultan, tidak diperkenankan bagi permaisuri. Hal ini mencerminkan nilai-nilai adat dan hormat pada peran wanita di istana. Namun, permaisuri memiliki jempana palanquin sebagai kendaraan sendiri, yang dikendarai oleh 8 hingga 9 orang.

Koleksi Gamelan dari Banten Hingga Sekaten

Beberapa koleksi gamelan menggambarkan hubungan sejarah antara Cirebon dengan Banten. Gamelan tersebut tak hanya memiliki nilai seni, tapi juga memiliki fungsi tertentu, seperti untuk memanggil hujan atau sebagai sarana beribadah. Sekaten gamelan yang dibawa dari Demak menjadi saksi sejarah hubungan antara Cirebon dengan kerajaan-kerajaan sekitarnya.

Sosok Sunan Kalijaga dalam Pusaka 14 Abad

Kris, bukan hanya benda mati, tapi memiliki cerita dan mitos di baliknya. Kris yang diberi perhatian khusus adalah warisan dari masyarakat yang tidak mampu merawatnya. Mitos menerangkan bahwa jika warisan ini tidak dirawat dengan baik, lebih baik diserahkan ke Museum Indonesia. Hal ini dikarenakan diyakini bahwa warisan yang tidak terurus dapat mengganggu keturunan pemiliknya.

Keunikan Pusaka dan Koleksi Lainnya

Tidak hanya senjata dan gamelan, museum ini juga menyimpan berbagai koleksi lainnya. Mulai dari pakaian, buku berbahasa Jawa Kuno, hingga alat perang dan alat tradisional dari berbagai daerah. Setiap objek memiliki cerita sendiri, menggambarkan kekayaan sejarah dan budaya yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan Cirebon.

Melangkah Lebih Dalam ke dalam Pusaka Keraton

Mengunjungi museum ini bukan hanya sekadar berjalan-jalan, tapi juga sebuah perjalanan emosional melalui jejak sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon. Dari pusaka senjata hingga alat musik gamelan, setiap benda memberikan gambaran tentang kejayaan dan keunikan kebudayaan Cirebon.

Mengakhiri Petualangan Penuh Makna

Setelah menjelajahi setiap sudut museum, kita meninggalkan tempat ini dengan rasa kagum akan kekayaan sejarah yang terjaga dengan baik di Keraton Kasepuhan Cirebon. Semoga warisan dan tradisi ini terus dijaga dan dihargai oleh generasi-generasi mendatang.

Catatan Akhir: Saatnya Memahami dan Menghargai Sejarah Kita

Mengakhiri petualangan di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon, kita diberi kesempatan untuk lebih memahami dan dihargai oleh generasi-generasi mendatang.
Tulis Komentar
Tutup Komentar

0 Response to " Menelusuri Jejak Sunan Kalijaga di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel